Minggu, 28 Juli 2013

10 Film Indonesia Terbaik



oleh: Leni Octa

     1. Tjoet Nja’ Dien (1986)

Sutradara : Eros Djaroet
Cerita dan Skenario : Eros Djaroet
Produksi : PT. Kanta Indah Film, PT. Eka Praya Film

Dibintangi oleh Christine Hakim sebagai Tjoet Nja’ Dien, Slamet Raharjo sebagai Teuku Umar, Pietrajaya Burnama sebagai Panglima Laut dan Rudi Wowor sebagai Veltman.

Film ini menceritakan tentang perjuangan gigih seorang wanita asal Aceh yang memimpin perjuangan perang melawan tentara Kerajaan Belanda. Tjoet Nja’ Dien yang bersikeras untuk berperang melawan Belanda ternyata malah dikhianati oleh orang kepercayaan sekaligus teman dekatnya sendiri yaitu Panglima Laut.

Film berdurasi 150 menit ini menampilkan kemampuan seni berperan Christine Hakim yang sangat memukau. Film ini juga berhasil melambungkan namanya di kancah perfilman Nasional dan intrenasional. Namun akting Slamet Raharjo, Piet Burnama dan Rudi Wowor pun tak bisa dianggap remeh dalam film ini.

Film Tjoet Nja’ Dien berhasil menjadi film Indonesia pertama yang diputar di festival Film Cannes Prancis dan membuat film Indonesia menjadi dikenal dan sejajar dengan karya sineas dunia lainnya.

Tjoet Nja’ Dien adalah film biografi sejarah Indonesia yang boleh dibilang belum ada tandingannya hingga saat ini. Film ini menyabet 7 penghargaan Festival Film Indonesia tahun 1988, mulai dari Pemeran Wanita Terbaik, Sutradara Terbaik, Skenario Terbaik, Cerita Asli Terbaik, Tata Sinematografi Terbaik sampai Tata Musik Terbaik.


     2. Naga Bonar (1985)

Sutradara : MT. Risyaf
Cerita dan Skenario : Asrul Sani
Produksi : PT. Prasidi Teta Film dan PT. Citra Cinema Film

Naga Bonar adalah film komedi situasi yang mengambil latar peristiwa perang kemerdekaan Indonesia saat melawan Belanda  di daerah Sumatera Utara.

Naga Bonar diperankan oleh Deddy Mizwar,  Nurul Arifin sebagai Kirana, Afrizal Anoda sebagai Bujang dan Roldiah Matulessy sebagai Ibunya Naga Bonar.

Naga Bonar adalah seorang pencopet ulung dari Medan yang ikut angkat senjata pada perang kemerdekaan. Ia lalu mengangkat dirinya sendiri jadi Jenderal. Sementara sahabat karibnya sendiri terpaksa hanya menjadi seorang kopral, karena nyatanya Naga Bonar yang buta huruf ini tak bisa melawan keputusan Lukman yang lebih pintar darinya. Dalam film ini, Naga Bonar juga terlibat cinta dengan tawanannya sendiri,  gadis anak dokter yang bernama Kirana.

Naga Bonar barangkali satu-satunya film komedi dengan latar belakang perang kemerdekaan saat itu. Diperankan secara cemerlang oleh Deddy Mizwar, “Apa kata dunia?” kemudian menjadi ungkapan yang sangat populer lahir dari film ini. 


     3. Kejarlah Daku Kau Ku Tangkap (1985)

Sutradara: Chaerul Umam
Cerita dan Skenario : Asrul Sani
Produksi : PT. Prasidi Teta Film

Film yang ditulis oleh Asrul Sani ini, dibintangi secara cemerlang oleh Deddy Mizwar sebagai Ramadhan, Lidya Kandou sebagai Mona, Ully Artha sebagai Marni, Ikra Negara sebagai Markum dan  Usbanda sebagai Panji.

Dikisahkan Ramadhan bertemu Mona dalam sebuah pertandingan bola voli ketika Ramadhan yang wartawan memotret Mona yang sedang membela regu voli dari bank tempat Mona bekerja .

Foto Mona di Koran Ramadhan mendapat hadiah 10.000 rupiah dan dilingkari sebagai rubrik yang bernasib baik hari ini. Mona ditemani Marni teman serumahnya mendatangi Ramadhan untuk menuntutnya karena telah  memotret dan memuat fotonya tanpa ijin. Panji Wijaya atasan Ramadhan meminta Ramadhan membujuk Mona agar membatalkan tuntutannya. Bukan hanya membujuk, Ramadhan malah berhasil merayu Mona hingga jatuh cinta dan mereka akhirnya menikah.

Konflik pun berlanjut. Setelah menikah mereka ternyata dihadapkan pada perbedaan karakter, dipicu hadirnya Markum paman Ramadhan yang tinggal serumah yang malah memanasi-manasi Ramadhan.

Mona sering bercerita tentang masalah rumah tangganya pada Marni. Sementara Ramadhan meminta pendapat pada Markum. Campur tangan pihak lain ini ternyata justru membuat semakin keruh perselisihan antara keduanya. Mereka memutuskan berpisah. Namun lama-lama Markum dan Marni sadar bahwa sebenarnya Ramadhan dan Mona masih saling mencintai. Marni dan Markum pun lalu bersepakat untuk mempersatukan mereka kembali.

Kejarlah Daku Kau Kutangkap menyajikan akting yang sangat kuat dan cemerlang dari setiap pemerannya. Dialog-dialognya menggelitik terasa mengalir manis, lugas dan cerdas. Kejarlah Daku Kau Kutangkap bisa dibilang merupakan salah satu film komedi romantis yang paling berhasil yang pernah dibuat di Indonesia.   


     4. Doea Tanda Mata (1984)



Sutradara : Teguh Karya
Cerita dan Skenario : Teguh Karya
Produksi : PT. Citra Jaya Film

Dibintangi oleh Alex Komang sebagai Gunadi dan Yenny Rahman sebagai Ining. Film yang berlatar belakang tahun 1930 ini menceritakan Indonesia ketika masih disebut Hindia Belanda.

Film ini menceritakan seorang musisi bernama Gunadi yang sedang merencanakan sebuah pembunuhan terhadap seorang komisioner Belanda. Gunadi lalu bertemu dengan Ining kakak sahabatnya, yang  kemudian terbunuh karena ditembak oleh Belanda. Melalui Ining yang menjadi gundik sang komisioner, Gunadi bisa diterima menjadi supirnya dan hingga akhirnya ia berhasil menembak mati Sang Komisioner itu.

Banyak prestasi yang berhasil diraih dari film yang melibatkan ratusan pemain ini. Film ini begitu menyentuh dan sempurna dari segala aspek. Cerita dan skenario disusun secara apik, didukung oleh akting para pemainnya yang sangat mumpuni, Doea Tanda Mata sanggup mengantar penonton terhanyut dalam  kegetiran sekaligus ketegangan yang dirasakan para tokohnya.

Film ini memiliki nilai estetika yang sangat tinggi hingga tak heran bila film ini juga menang dalam Festifal Film Asia Pasifik untuk The Best Film dan The Best Cinematography.

Film Doea Tanda Mata layak dikatakan sebagai film yang sempurna dan sangat layak ditonton oleh semua generasi. Doea Tanda Mata adalah salah satu karya terbaik Teguh Karya dan merupakan Film Indonesia Terbaik Sepanjang Masa.  


     5. Arisan (2003)

Sutradara : Nia Dinata
Cerita dan Skenario : Joko Anwar dan Nia Dinata
Produksi : PT. Kalyana Shira Film

Arisan adalah sebuah film drama yang berkisah tentang kehidupan kaum sosialita di kota kosmopoitan  Jakarta. Dibintangi oleh Cut Mini sebagai Memey, Tora Sudiro sebagai Sakti, Surya Saputra sebagai Nino , Aida Nurmala sebagai Andien dan Rachel Maryam sebagai Lita.

Arisan menggambarkan kehidupan manusia-manusia usia dewasa kelas atas di Jakarta yang kerapkali berkumpul secara rutin dalam ajang arisan. Di balik semua kemapanan hidup yang mereka perlihatkan ternyata masing-masing diantara mereka mempunyai masalah-masalah pribadi yang selalu coba ditutup-tutupi.

Tiga orang sahabat lama, Sakti, Memey dan Andien adalah diantara anggota arisan itu. Masing-masing diantara mereka juga ternyata mempunyai masalah. Memey yang rumah tangganya sedang retak karena belum juga mempunyai anak. Andien yang mencoba membalas dendam atas perselingkuhan yang dilakukan suaminya serta Sakti yang sedang mengalami krisis identitas senagai seorang gay.  Dalam film ini semuanya diangkat secara lugas dan sedikit satire.

Arisan menjadi salah satu dari dua film Indonesia yang mampu meraih lima penghargaan utama sebagai Film Terbaik, Pemeran Pemeran Pria Terbaik, Pemeran Wanita Terbaik, Pemeran Pendukung Pria Terbaik dan Pemeran Pendukung Wanita Terbaik dalam Festival Film Indonesia tahun 2004 setelah Ibunda di tahun 1986. Arisan pun menjadi salah satu dari sedikit film yang dinominasikan untuk semua kategori yang dapat diikuti di Festival Film Indonesia.

  
6.    November 1828 (1978)
 
Sutradara : Teguh Karya
Penulis : Teguh Karya
Produksi : Interstudio, Gemini Film, Satria Film, Garuda Film

November 1828 adalah film Indonesia yang dibintangi antara lain oleh Slamet Rahardjo yang berperan sebagai Kapten Van Der Borst, Rahmat Hidayat, Yenny Rahman, El-Manik dan Maruli Sitompul

Jalinan kisah dalam film November 1828 dimulai ketika Kapten Van Der Borst disertai pasukannya berusaha mengorek informasi tentang persembunyian Sentot Prawirodirdjo yang merupakan tangan kanan Pangeran Diponegoro.

Kapten Van Der Borst adalah seorang indo yang sangat ingin menjadi Belanda tulen karena menurutnya hanya Belanda murni lah yang berhasil menjadi prajurit berpangkat tinggi. Ia kemudian berusaha membuktikan dirinya menjadi prajurit hebat. Pembuktian itu ia peroleh bila ia berhasil menangkap Sentot Prawirodirdjo. Untuk mencapai tujuannya itu ia menggunakan berbagai cara termasuk memaksa Kromoludiro buka mulut walaupun harus mengancamnya dengan menyandera istri dan anak-anaknya.  


7. Gie (2005)
 
Sutradara : Riri Riza
Penulis :
Produksi : Sinemart

Gie adalah sebuah film yang mengisahkan seorang tokoh bernama Soe Hok Gie, mahasiswa Universitas Indonesia yang lebih dikenal sebagai demonstran dan pecinta alam. Tokoh Gie diperankan oleh Nicholas Saputra. Film ini diangkat dari buku Catatan Seorang Demonstran karya dari Gie sendiri.

Soe Hoek Gie dibesarkan di sebuah keluarga keturunan Tionghoa yang sederhana dan berdomisili di Jakarta. Masa remaja dan kuliah Soe Hok Gie dijalani di bawah rejim pelopor kemerdekaan Indonesia Bung Karno. Soe Hoek Gie begitu membenci pemerintahan Orde Lama kala itu dengan membuat tulisan-tulisan kritikan tajam di media. Penentangan ini mendapat banyak simpatik sekaligus juga banyak memprovokasi musuh bagi Gie.

Adapun Tan Tjin Han, teman kecil Gie dalam perjalanan perjuangannya bertemu kembali dengan Gie saat mereka dewasa. Namun Tan yang begitu mengaggumi Gie ternyata telah terjerumus dalam gerakan Partai Komunis Indonesia dan Gie mendesaknya untuk segera keluar. Tapi Tan menolaknya.

Gie dan teman-temannya adalah seorang pecinta alam di Mapala Ui, kecintaan Gie pada alam ini terbawa hingga akhir hayatnya.

Gie memenangkan tiga penghargaan, masing-masing dalam kategori Film Terbaik, Aktor Terbaik dan Penata Sinematografi Terbaik.


     8.    Taksi (1990)

Sutradara : Arifin C. Noer
Penulis : Arifin C. Noer
Produksi :

Taksi adalah film yang diproduksi tahun 1990 dibinangi oleh Rano Karno sebagai Giyon, Meriem Belina sebagai Desi dan Nani Wijaya sebagai Tantenya Giyon. Film ini didasarkan dari novel dengan judul yang sama yang pernah dimuat di Harian Kompas tahun 1988.

Film ini menceritakan tentang Giyon Sarjana Filsafat yang tinggal di rumah tantenya yang feodal. Ia memilih menjadi sopir taksi karena perlawanannya terhadap tradisi dan lingkungannya.

Suatu hari Giyon mendapat seorang penumpang wanita bernama Desi di taksinya. Ia meninggalkan bayinya di taksi yang dikendarai Giyon. Giyon lalu mencari-cari keberadaan Desi kemana-mana untuk mengembalikan bayinya itu. Sampai akhirnya ia dapat menemukan Desi yang ternyata sudah menjadi seorang penyanyi terkenal di kota besar. Akan tetapi semuanya malah menjadi runyam saat berbagai media malah memberitakan bahwa bayi itu adalah merupakan hasil hubungan gelap antara Giyon dan Desi.

Film ini memenangkan lima kategori dalam Festival Film Indonesia tahun 1990 antara lain Pemeran Wanita Terbaik, Pemeran Pria Terbaik dan Skenario asli Terbaik serta Penyuntingan Terbaik.


     9.    Ibunda (1986)

Sutradara : Teguh Karya
Penulis : Deddy Armand
Produksi : PT. Nusantara Film dan PT. Suptan Film

Pemain Tuti Indra Malaon sebagai Ibu Rakhim, Niniek L. Karim sebagai Farida, Ria Irawan sebagi Fitri, Alex Komang sebagai Fikar dan Ayu Azhari sebagai Istri Fikar.

Film ini menceritakan tentang sosok Ibu Rakhim yang seorang priyayi menghadapi permasalahan dalam keluarganya. Fitri anak bungsunya mempunyai pacar yang dibenci oleh kakaknya Farida hanya karena dia orang Papua bukan orang Jawa seperti suaminya. Pada saat bersamaan anak laki-lakinya Fikar meninggalkan anak beserta istrinya demi tinggal dengan seorang artis.

Film ini memperlihatkan bagaimana perjuangan seorang ibu dalam menyelesaikan masalah yang dialami anak-anaknya. Dukungan seorang Ibu kepada anak-anaknya tidak hanya menampung tapi juga merangkul dan menyelesaikannya dengan cara yang bijaksana.

Tokoh Ibunda diperankan begitu ideal oleh Tuti Indra Malaon sebagai seorang Ibu yang hanya dijadikan tempat menampung segala keluh kesah dan permasalahan yang dialami anak-anaknya.

Film yang dirilis tahun 1986 ini memperoleh paling banyak penghargaan dalam sejarah Festival Film Indonesia yaitu sembilan penghargaan Piala Citra pada  tahun 1986.

 
     10.Ayat-ayat Cinta (2008)

 Sutradara : Hanung Bramantyo
Ceruta dan Skenario : Habiburrahman El Shirazy, Retna Ginarti S. Noor, Salma Aristo
Produksi : MD Pictures

Ayat-ayat Cinta adalah sebuah film yangdibintangi oleh Fedi Nuril sebagai Fachri, Rianti Cartwright sebagai Aisyah, Carissa Putri sebagai Maria, Zaskia Adya Mecca sebagai Noura, Melanie Putria sebagai Nurul.

Film yang merupakan film religi hasil adaptasi dari sebuah novel best seller karya Habiburrahman El Shirazy yang berjudul Ayat-Ayat Cinta.

Ini bukan sekedar kisah cinta biasa tapi tentang bagaimana menghadapi turun naiknya hidup dengan cara yang Islami. 

Fachri bin Abdilah mahasiswa Indonesia yang belajar di Universitas Al Azhar Mesir. Fachri adalah laki-laki yang lugu dan kaku terhadap wanita. Tetapi sejak pindah ke Mesir ia mulai berkenalan dengan beberapa wanita. Sebut saja Maria Girgis, tetangga satu flat-nya yang beragama Kristen Koptik. Maria mengagumi dan mencintai Fachri, walau rasa cintanya itu hanya tercurah dalam diary-nya saja.  Lalu ada Nurul , anak seorang kyai terkenal yang sebenarnya Fachri cintai, tapi Facri terlalu malu mengakuinya. Setelah itu ada Noura, anak tetangga yang selalu disiksa ayahnya. Facri menaruh empati pada Noura, Noura mengharap lebih dan nantinya malah menjadi malapetaka bagi Fachri. Terakhir muncul Aisyah. Pertemuan mereka di kereta saat mendengar pembelaan Facri tentang Islam membuat Aisyah jatuh hati pada Fachri hingga akhirnya Fachri pun tak bisa lagi membohongi hatinya.

Walau bersetting tentang kehidupan di Mesir, tapi lokasi pengambilan film ini tidak diambil di sana. Namun demikian film ini sanggup menampilkan suasana yang berbeda. Film ini memenangkan penghargaan sebagai film terpuji dalam Festival Film Bandung 2008. Selain sebagai Film Terpuji Ayat-Ayat Cinta juga mendapat penghargaan sebagai Sutradara Terpuji, Pemeran Utama Pria Terpuji dan Penata Musik Terpuji.   


*dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar