oleh: Leni Octa
1. Tjoet
Nja’ Dien (1986)
Sutradara
: Eros Djaroet
Cerita
dan Skenario : Eros Djaroet
Produksi
: PT. Kanta Indah Film, PT. Eka Praya Film
Dibintangi
oleh Christine Hakim sebagai Tjoet Nja’ Dien, Slamet Raharjo sebagai Teuku
Umar, Pietrajaya Burnama sebagai Panglima Laut dan Rudi Wowor sebagai Veltman.
Film
ini menceritakan tentang perjuangan gigih seorang wanita asal Aceh yang
memimpin perjuangan perang melawan tentara Kerajaan
Belanda. Tjoet Nja’ Dien yang bersikeras untuk berperang melawan Belanda
ternyata malah dikhianati oleh orang kepercayaan sekaligus teman dekatnya
sendiri yaitu Panglima Laut.
Film
berdurasi 150 menit ini menampilkan kemampuan seni berperan Christine Hakim
yang sangat memukau. Film ini juga berhasil melambungkan namanya di kancah
perfilman Nasional dan intrenasional. Namun akting Slamet Raharjo, Piet Burnama
dan Rudi Wowor pun tak bisa dianggap remeh dalam film ini.
Film
Tjoet Nja’ Dien berhasil menjadi film Indonesia pertama yang diputar di
festival Film Cannes Prancis dan membuat film Indonesia menjadi dikenal dan
sejajar dengan karya sineas dunia lainnya.
Tjoet
Nja’ Dien adalah film biografi sejarah Indonesia yang boleh dibilang belum ada
tandingannya hingga saat ini. Film ini menyabet 7 penghargaan Festival Film
Indonesia tahun 1988, mulai dari Pemeran Wanita Terbaik, Sutradara Terbaik, Skenario
Terbaik, Cerita Asli Terbaik, Tata Sinematografi Terbaik sampai Tata Musik Terbaik.
2. Naga
Bonar (1985)
Sutradara
: MT. Risyaf
Cerita
dan Skenario : Asrul Sani
Produksi
: PT. Prasidi Teta Film dan PT. Citra Cinema Film
Naga
Bonar adalah film komedi situasi yang mengambil latar peristiwa perang
kemerdekaan Indonesia saat melawan Belanda di daerah Sumatera Utara.
Naga
Bonar diperankan oleh Deddy Mizwar,
Nurul Arifin sebagai Kirana, Afrizal Anoda sebagai Bujang dan Roldiah
Matulessy sebagai Ibunya Naga Bonar.
Naga
Bonar adalah seorang pencopet ulung dari Medan yang ikut angkat senjata pada
perang kemerdekaan. Ia lalu mengangkat dirinya sendiri jadi Jenderal. Sementara
sahabat karibnya sendiri terpaksa hanya menjadi seorang kopral, karena nyatanya
Naga Bonar yang buta huruf ini tak bisa melawan keputusan Lukman yang lebih
pintar darinya. Dalam film ini, Naga Bonar juga terlibat cinta dengan tawanannya
sendiri, gadis anak dokter yang bernama
Kirana.
Naga
Bonar barangkali satu-satunya film komedi dengan latar belakang perang
kemerdekaan saat itu. Diperankan secara cemerlang oleh Deddy Mizwar, “Apa kata
dunia?” kemudian menjadi ungkapan yang sangat populer lahir dari film ini.
3. Kejarlah
Daku Kau Ku Tangkap (1985)
Sutradara:
Chaerul Umam
Cerita
dan Skenario : Asrul Sani
Produksi
: PT. Prasidi Teta Film
Film
yang ditulis oleh Asrul Sani ini, dibintangi secara cemerlang oleh Deddy Mizwar
sebagai Ramadhan, Lidya Kandou sebagai Mona, Ully Artha sebagai Marni, Ikra
Negara sebagai Markum dan Usbanda
sebagai Panji.
Dikisahkan
Ramadhan bertemu Mona dalam sebuah pertandingan bola voli ketika Ramadhan yang
wartawan memotret Mona yang sedang membela regu voli dari bank tempat Mona
bekerja .
Foto
Mona di Koran Ramadhan mendapat hadiah 10.000 rupiah dan dilingkari sebagai
rubrik yang bernasib baik hari ini. Mona ditemani Marni teman serumahnya mendatangi
Ramadhan untuk menuntutnya karena telah
memotret dan memuat fotonya tanpa ijin. Panji Wijaya atasan Ramadhan
meminta Ramadhan membujuk Mona agar membatalkan tuntutannya. Bukan hanya
membujuk, Ramadhan malah berhasil merayu Mona hingga jatuh cinta dan mereka akhirnya
menikah.
Konflik
pun berlanjut. Setelah menikah mereka ternyata dihadapkan pada perbedaan
karakter, dipicu hadirnya Markum paman Ramadhan yang tinggal serumah yang malah
memanasi-manasi Ramadhan.
Mona
sering bercerita tentang masalah rumah tangganya pada Marni. Sementara Ramadhan
meminta pendapat pada Markum. Campur tangan pihak lain ini ternyata justru
membuat semakin keruh perselisihan antara keduanya. Mereka memutuskan berpisah.
Namun lama-lama Markum dan Marni sadar bahwa sebenarnya Ramadhan dan Mona masih
saling mencintai. Marni dan Markum pun lalu bersepakat untuk mempersatukan
mereka kembali.
Kejarlah
Daku Kau Kutangkap menyajikan akting yang sangat kuat dan cemerlang dari setiap
pemerannya. Dialog-dialognya menggelitik terasa mengalir manis, lugas dan
cerdas. Kejarlah Daku Kau Kutangkap bisa dibilang merupakan salah satu film
komedi romantis yang paling berhasil yang pernah dibuat di Indonesia.
4. Doea
Tanda Mata (1984)
Sutradara
: Teguh Karya
Cerita
dan Skenario : Teguh Karya
Produksi
: PT. Citra Jaya Film
Dibintangi
oleh Alex Komang sebagai Gunadi dan Yenny Rahman sebagai Ining. Film yang
berlatar belakang tahun 1930 ini menceritakan Indonesia ketika masih disebut
Hindia Belanda.
Film
ini menceritakan seorang musisi bernama Gunadi yang sedang merencanakan sebuah
pembunuhan terhadap seorang komisioner Belanda. Gunadi lalu bertemu dengan
Ining kakak sahabatnya, yang kemudian
terbunuh karena ditembak oleh Belanda. Melalui Ining yang menjadi gundik sang
komisioner, Gunadi bisa diterima menjadi supirnya dan hingga akhirnya ia
berhasil menembak mati Sang Komisioner itu.
Banyak
prestasi yang berhasil diraih dari film yang melibatkan ratusan pemain ini.
Film ini begitu menyentuh dan sempurna dari segala aspek. Cerita dan skenario
disusun secara apik, didukung oleh akting para pemainnya yang sangat mumpuni,
Doea Tanda Mata sanggup mengantar penonton terhanyut dalam kegetiran sekaligus ketegangan yang dirasakan
para tokohnya.
Film
ini memiliki nilai estetika yang sangat tinggi hingga tak heran bila film ini
juga menang dalam Festifal Film Asia Pasifik untuk The Best Film dan The Best
Cinematography.
Film
Doea Tanda Mata layak dikatakan sebagai film yang sempurna dan sangat layak
ditonton oleh semua generasi. Doea Tanda Mata adalah salah satu karya terbaik
Teguh Karya dan merupakan Film Indonesia Terbaik Sepanjang Masa.
5. Arisan
(2003)
Sutradara
: Nia Dinata
Cerita
dan Skenario : Joko Anwar dan Nia Dinata
Produksi
: PT. Kalyana Shira Film
Arisan
adalah sebuah film drama yang berkisah tentang kehidupan kaum sosialita di kota
kosmopoitan Jakarta. Dibintangi oleh Cut
Mini sebagai Memey, Tora Sudiro sebagai Sakti, Surya Saputra sebagai Nino ,
Aida Nurmala sebagai Andien dan Rachel Maryam sebagai Lita.
Arisan
menggambarkan kehidupan manusia-manusia usia dewasa kelas atas di Jakarta yang
kerapkali berkumpul secara rutin dalam ajang arisan. Di balik semua kemapanan
hidup yang mereka perlihatkan ternyata masing-masing diantara mereka mempunyai
masalah-masalah pribadi yang selalu coba ditutup-tutupi.
Tiga
orang sahabat lama, Sakti, Memey dan Andien adalah diantara anggota arisan itu.
Masing-masing diantara mereka juga ternyata mempunyai masalah. Memey yang rumah
tangganya sedang retak karena belum juga mempunyai anak. Andien yang mencoba
membalas dendam atas perselingkuhan yang dilakukan suaminya serta Sakti yang
sedang mengalami krisis identitas senagai seorang gay. Dalam film ini semuanya diangkat secara lugas
dan sedikit satire.
Arisan
menjadi salah satu dari dua film Indonesia yang mampu meraih lima penghargaan
utama sebagai Film Terbaik, Pemeran Pemeran Pria Terbaik, Pemeran Wanita
Terbaik, Pemeran Pendukung Pria Terbaik dan Pemeran Pendukung Wanita Terbaik
dalam Festival Film Indonesia tahun 2004 setelah Ibunda di tahun 1986. Arisan
pun menjadi salah satu dari sedikit film yang dinominasikan untuk semua
kategori yang dapat diikuti di Festival Film Indonesia.
6. November
1828 (1978)
Sutradara
: Teguh Karya
Penulis
: Teguh Karya
Produksi
: Interstudio, Gemini Film, Satria Film, Garuda Film
November
1828 adalah film Indonesia yang dibintangi antara lain oleh Slamet Rahardjo
yang berperan sebagai Kapten Van Der Borst, Rahmat Hidayat, Yenny Rahman,
El-Manik dan Maruli Sitompul
Jalinan
kisah dalam film November 1828 dimulai ketika Kapten Van Der Borst disertai
pasukannya berusaha mengorek informasi tentang persembunyian Sentot
Prawirodirdjo yang merupakan tangan kanan Pangeran Diponegoro.
Kapten
Van Der Borst adalah seorang indo yang sangat ingin menjadi Belanda tulen
karena menurutnya hanya Belanda murni lah yang berhasil menjadi prajurit
berpangkat tinggi. Ia kemudian berusaha membuktikan dirinya menjadi prajurit
hebat. Pembuktian itu ia peroleh bila ia berhasil menangkap Sentot
Prawirodirdjo. Untuk mencapai tujuannya itu ia menggunakan berbagai cara
termasuk memaksa Kromoludiro buka mulut walaupun harus mengancamnya dengan
menyandera istri dan anak-anaknya.
Sutradara
: Riri Riza
Penulis
:
Produksi
: Sinemart
Gie
adalah sebuah film yang mengisahkan seorang tokoh bernama Soe Hok Gie,
mahasiswa Universitas Indonesia yang lebih dikenal sebagai demonstran dan
pecinta alam. Tokoh Gie diperankan oleh Nicholas Saputra. Film ini diangkat
dari buku Catatan Seorang Demonstran karya dari Gie sendiri.
Soe
Hoek Gie dibesarkan di sebuah keluarga keturunan Tionghoa yang sederhana dan
berdomisili di Jakarta. Masa remaja dan kuliah Soe Hok Gie dijalani di bawah
rejim pelopor kemerdekaan Indonesia Bung Karno. Soe Hoek Gie begitu membenci
pemerintahan Orde Lama kala itu dengan membuat tulisan-tulisan kritikan tajam
di media. Penentangan ini mendapat banyak simpatik sekaligus juga banyak
memprovokasi musuh bagi Gie.
Adapun
Tan Tjin Han, teman kecil Gie dalam perjalanan perjuangannya bertemu kembali
dengan Gie saat mereka dewasa. Namun Tan yang begitu mengaggumi Gie ternyata
telah terjerumus dalam gerakan Partai Komunis Indonesia dan Gie mendesaknya
untuk segera keluar. Tapi Tan menolaknya.
Gie
dan teman-temannya adalah seorang pecinta alam di Mapala Ui, kecintaan Gie pada
alam ini terbawa hingga akhir hayatnya.
Gie
memenangkan tiga penghargaan, masing-masing dalam kategori Film Terbaik, Aktor
Terbaik dan Penata Sinematografi Terbaik.
8. Taksi
(1990)
Sutradara
: Arifin C. Noer
Penulis
: Arifin C. Noer
Produksi
:
Taksi
adalah film yang diproduksi tahun 1990 dibinangi oleh Rano Karno sebagai Giyon,
Meriem Belina sebagai Desi dan Nani Wijaya sebagai Tantenya Giyon. Film ini
didasarkan dari novel dengan judul yang sama yang pernah dimuat di Harian
Kompas tahun 1988.
Film
ini menceritakan tentang Giyon Sarjana Filsafat yang tinggal di rumah tantenya
yang feodal. Ia memilih menjadi sopir taksi karena perlawanannya terhadap
tradisi dan lingkungannya.
Suatu
hari Giyon mendapat seorang penumpang wanita bernama Desi di taksinya. Ia
meninggalkan bayinya di taksi yang dikendarai Giyon. Giyon lalu mencari-cari
keberadaan Desi kemana-mana untuk mengembalikan bayinya itu. Sampai akhirnya ia
dapat menemukan Desi yang ternyata sudah menjadi seorang penyanyi terkenal di
kota besar. Akan tetapi semuanya malah menjadi runyam saat berbagai media malah
memberitakan bahwa bayi itu adalah merupakan hasil hubungan gelap antara Giyon
dan Desi.
Film
ini memenangkan lima kategori dalam Festival Film Indonesia tahun 1990 antara
lain Pemeran Wanita Terbaik, Pemeran Pria Terbaik dan Skenario asli Terbaik
serta Penyuntingan Terbaik.
9. Ibunda
(1986)
Sutradara
: Teguh Karya
Penulis
: Deddy Armand
Produksi
: PT. Nusantara Film dan PT. Suptan Film
Pemain
Tuti Indra Malaon sebagai Ibu Rakhim, Niniek L. Karim sebagai Farida, Ria
Irawan sebagi Fitri, Alex Komang sebagai Fikar dan Ayu Azhari sebagai Istri
Fikar.
Film
ini menceritakan tentang sosok Ibu Rakhim yang seorang priyayi menghadapi
permasalahan dalam keluarganya. Fitri anak bungsunya mempunyai pacar yang
dibenci oleh kakaknya Farida hanya karena dia orang Papua bukan orang Jawa
seperti suaminya. Pada saat bersamaan anak laki-lakinya Fikar meninggalkan anak
beserta istrinya demi tinggal dengan seorang artis.
Film
ini memperlihatkan bagaimana perjuangan seorang ibu dalam menyelesaikan masalah
yang dialami anak-anaknya. Dukungan seorang Ibu kepada anak-anaknya tidak hanya
menampung tapi juga merangkul dan menyelesaikannya dengan cara yang bijaksana.
Tokoh
Ibunda diperankan begitu ideal oleh Tuti Indra Malaon sebagai seorang Ibu yang hanya
dijadikan tempat menampung segala keluh kesah dan permasalahan yang dialami
anak-anaknya.
Film
yang dirilis tahun 1986 ini memperoleh paling banyak penghargaan dalam sejarah
Festival Film Indonesia yaitu sembilan penghargaan Piala Citra pada tahun 1986.
10.Ayat-ayat
Cinta (2008)
Sutradara
: Hanung Bramantyo
Ceruta
dan Skenario : Habiburrahman El Shirazy, Retna Ginarti S. Noor, Salma Aristo
Produksi
: MD Pictures
Ayat-ayat
Cinta adalah sebuah film yangdibintangi oleh Fedi Nuril sebagai Fachri, Rianti
Cartwright sebagai Aisyah, Carissa Putri sebagai Maria, Zaskia Adya Mecca
sebagai Noura, Melanie Putria sebagai Nurul.
Film
yang merupakan film religi hasil adaptasi dari sebuah novel best seller karya
Habiburrahman El Shirazy yang berjudul Ayat-Ayat Cinta.
Ini bukan sekedar kisah cinta biasa tapi tentang bagaimana menghadapi turun naiknya hidup
dengan cara yang Islami.
Fachri bin Abdilah mahasiswa Indonesia yang belajar di Universitas Al Azhar Mesir. Fachri adalah laki-laki yang lugu dan kaku terhadap wanita. Tetapi sejak pindah ke Mesir ia mulai berkenalan dengan beberapa wanita. Sebut saja Maria Girgis, tetangga satu flat-nya yang beragama Kristen Koptik. Maria mengagumi dan mencintai Fachri, walau rasa cintanya itu hanya tercurah dalam diary-nya saja. Lalu ada Nurul , anak seorang kyai terkenal yang sebenarnya Fachri cintai, tapi Facri terlalu malu mengakuinya. Setelah itu ada Noura, anak tetangga yang selalu disiksa ayahnya. Facri menaruh empati pada Noura, Noura mengharap lebih dan nantinya malah menjadi malapetaka bagi Fachri. Terakhir muncul Aisyah. Pertemuan mereka di kereta saat mendengar pembelaan Facri tentang Islam membuat Aisyah jatuh hati pada Fachri hingga akhirnya Fachri pun tak bisa lagi membohongi hatinya.
Fachri bin Abdilah mahasiswa Indonesia yang belajar di Universitas Al Azhar Mesir. Fachri adalah laki-laki yang lugu dan kaku terhadap wanita. Tetapi sejak pindah ke Mesir ia mulai berkenalan dengan beberapa wanita. Sebut saja Maria Girgis, tetangga satu flat-nya yang beragama Kristen Koptik. Maria mengagumi dan mencintai Fachri, walau rasa cintanya itu hanya tercurah dalam diary-nya saja. Lalu ada Nurul , anak seorang kyai terkenal yang sebenarnya Fachri cintai, tapi Facri terlalu malu mengakuinya. Setelah itu ada Noura, anak tetangga yang selalu disiksa ayahnya. Facri menaruh empati pada Noura, Noura mengharap lebih dan nantinya malah menjadi malapetaka bagi Fachri. Terakhir muncul Aisyah. Pertemuan mereka di kereta saat mendengar pembelaan Facri tentang Islam membuat Aisyah jatuh hati pada Fachri hingga akhirnya Fachri pun tak bisa lagi membohongi hatinya.
Walau
bersetting tentang kehidupan di Mesir, tapi lokasi pengambilan film ini tidak
diambil di sana. Namun demikian film ini sanggup menampilkan suasana yang
berbeda. Film ini memenangkan penghargaan sebagai film terpuji dalam Festival
Film Bandung 2008. Selain sebagai Film Terpuji Ayat-Ayat Cinta juga mendapat
penghargaan sebagai Sutradara Terpuji, Pemeran Utama Pria Terpuji dan Penata Musik Terpuji.
*dari berbagai sumber
*dari berbagai sumber